Halooo adik-adik dan juga abang kakak serta teman-teman 2010 yang cantik-cantik, akhirnya bisa juga nulis surat alumni (5 tahun sudah menunggunya). Awalnya perkenalkan nama saya Leonardo Davidsi Sipayung, alumnus S1 Akuntansi, akhirnya saya pernah menjabat sebagai koordinator fakultas (korfak) Loyola.
Itulah perkenalan yang kalau diliat-liat kayak orang gila, tapi yang pasti aku bukan orang gila. KMK St. Ignatius Loyola merupakan wadah berkumpulnya orang-orang yang suka nongkrong, suka ngamen, suka jualan di kampus, suka aksi dana di gereja pokoknya orang-orang yang kurang kerjaaan la. Satu-satunya kegiatan yang berbau rohani yaitu doa Rosario atau kebaktian singkat. Selama aku menjabat sebagai korfak itulah kenyataan yang terjadi, respon dari adek-adek yang baru atau kritikan-kritikan dari teman-teman Protestan. Namun sekarang menurut hemat saya KMK St. Ignatius Loyola merupakan wadah berkumpulnya orang-orang yang dirindukan, so sweet kali ah, maksudnya rindu nongkrong, rindu ngamen, rindu jualan di kampus, rindu Rosario pokoknya rindu ngerjain sesuatu dan berbuat sesuatu bersama keluarga Loyola. (dalam hati sama aja ya kan kurang kerjaan juga)
Siapa yang tahu harga sebuah pengalaman??? siapa yang tahu rasanya memberi dari keterbatasan??? siapa yang tahu kuatnya sebuah ikatan ??? siapa yang tahu sakitnya yang ditinggalkan??? semua jawabanmya ada di KMK St. Ignatius Loyola. Aku percaya teman dan abang kakak alumni juga tahu semua jawaban di atas dan tentunya sudah melaluinya. Mungkin buat adek-adek baru berpikir semua itu cuma bualan untuk menarik untuk tetap bertahan di Loyola, apalagi tujuan utamanya kan untuk kuliah, tamat secepat-cepatnya dengan IPK selangit, jadi hidup ini sederhana bang gag usah dirumit-rumitkan, karna gabung ke Loyola hidup ku jadi rumit. Pemikiran seperti itu memang wajar dan tak ada yang memaksa untuk gabung ke Loyola. Namun untuk pribadiku sendiri banyak hal yang kuperoleh dari Loyola, aku tau gimana caranya menghadapi orang-orang yang berbeda karakter, bertanggungjawab dengan keterbatasan yang kumiliki, bermental baja saat ngamen, jualan di kampus, minta-minta uang sama alumni, bazaar dan masih banyak lagi, pokoknya hidupku berwarna selama ikut dengan keluarga Loyola.

Sejauh mata menandang sebanyak itulah pengalaman ku selama di Loyola jadi gag usah deh aku tuliskan semua disini nanti judulnya gag surat alumni lagi tapi curhatan alumni, hahaha. Cerita selanjutnya tentang si kancil dan buaya, aku sebagai kancil, buaya sebagai Loyola (ujung-ujungnya tentang Loyola juga wkwkwkwk). becanda dek J
Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih buat tim lentera udah ngasi kesempatan buat nulis surat alumni, jadi kesempatan ini akan aku maksimalkan seperti ganteng maksimal hehehe. Aku bukan mau jadi guru disini tapi aku mau berbagi hal yang positif buat kita semua. Satu hal yang selalu akan kupegang dalam hidupku adalah jujur. Dalam konteks mahasiswa jujur itu identik saat ujian, yang mau aku tekankan disini aku berharap adek-adek yang membaca surat ini jujurlah saat ujian. Sekali lagi aku bukan malaikat dek tapi selama aku kuliah sampai jadi alumni gag pernah menyontek waktu ujian. Aku benci sama orang yang nyontek, sekalipun itu kalian anak Loyola. Bukan soal dapat nilai A dek tapi sekali lagi hidup ini proses, proses itu butuh usaha, usaha itu harus diawali dengan doa. Aku minta maaf buat teman-teman yang merasa tersinggung, tapi untuk konteks ujian saya serius benci dengan orang-orang yang nyontek.
Pernahkan anda merasa gagal selama 24 tahun hidumu ? itulah pertanyaan wawancara
Apa yang aku rasakan bukan lagi namanya gagal, tapi betul-betul aku berada pada titik nadir, siapa yang gag punya cita-cita berada disamping kedua orangtuanya saat momen-momen bahagia layaknya saat wisuda. Tapi cerita berbeda yang aku alami, saat judulku disetujui saat itu aku tahu pasti mamak ku postif terkena kanker sampai pada akhirnya aku wisuda tanpa ditemani mamak kesayangan, saat itulah aku merasa hidup ini tak berarti lagi. Aku bukan sifat orang yang ingin dikasihani tapi aku pengen dengan apa yang aku alami bisa membuat teman-teman, keluarga Loyola semangat menjalani kuliah khusunya buat teman-teman yang lagi nyusun skripsi. Selagi masih bisa membahagiakan mereka, bahagiakan la.
Akhirnya apapun cerita di atas yang pasti Loyola itu seperti mata air di padang gurun, bintang di malam hari oleh karenanya betul-betul berpengaruh dalam hidupku. Seperti air yang mengalir itulah prinsip yang kupegang selama di Loyola, banyak karakter yang berbeda-beda di Loyola, dan gag mungkin kita akan sejalan dengan dia, oleh karenanya tetap fokus, pelajari dan coba saling terbuka. Semoga ke depannya adek-adek yang baru bisa tetap kompak membangun Loyola, sekali lagi aku mau berpesan bukan produk atau kegiatan yang utama kita cari di Loyola dek tapi bagaimana hubungan semua anggota Loyola itu kompak, bersama-sama, saling pengertian, gag ada istilah geng-geng. Semoga juga ke depannya para pengurus bukan melihat seberapa besar tanggung jawabnya namun setulus apa kalian melayani di Loyola, percayalah apa yang ditanam hari ini itu yang akan dituai kemudian hari.
Sekian,,,,,
LEONARDO SIPAYUNG
AKUNTANSI 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar